Macam-macam Cidera
dalam Olahraga
Secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan (Taylor, 1997: 63). Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia (Mirkin & Hoffman, 1984:107)
1. Memar
Cedera yang disebabkan oleh
benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan
pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke
jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan
atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya
pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko,
1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang
menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala,
bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat
mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat
Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera
memar adalah sebagai berikut:
a) Kompres
dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
b) Istirahat
untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan
jaringan-jaringan lunak yang rusak.
c) Hindari
benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya
2. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan
ligamentum,yaitu :
a) Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada
ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang
olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera
pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena
stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang
dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992:
195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan,yaitu:
Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh
ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan
merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat
bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
b) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah
kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan
ataupun stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso,
1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi
regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula
tendineus.
Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II,
terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri
dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III,
terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan
tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632)
“otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya
untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo
(1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan,
bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang
mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang,
bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode (RICE). Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang
cedera.
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30
menit.
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan
bahan yang elastis, balut tekan di
berikan apabila terjadi
pendarahan atau pembengkakan.
E (Elevate) :
ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan
oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26)
adalah sebagai berikut:
Sprain/strain tingkat
satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/
pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan
sembuh dengan sendirinya.
Sprain/strain tingkat
dua (Second degree)
Kita harus memberi pertolongan
dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi
(suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan)
dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6
minggu.
Sprain/strain tingkat
tiga (Third degree)
Kita tetap melakukan metode
RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/
disambung kembali
3. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya
sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada
olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset
dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono
Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi,
ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibanya, sendi itu akan mudah
mengalami dislokasi kembali.
Penanganan yang dilakukan pada
saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik
persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk
pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika
terjadi fraktur
4. Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu
keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun
tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
a) Patah
tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
b) Patah
tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat
dibedakan sebagai berikut:
a) Patah
tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang
keluar.
b) Patah
tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto
Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan
pertandingan, pertolongan pertama dilakukan reposisi oleh dokter secepat
mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu
olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk
balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan
perdarahan.
Gejala yang timbul :
adanya ruda paksa jari tidak dapat digerakkan nyeri setempat
dan makin bertambah bila digerakkan. Hilangnya fungsi Terdapat perubahan bentuk
Nyeri tekanan/ketok
Pertolongan :
atasi shock dan perdarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.
berusaha tetap tenang jangan panik, bila ada pendarahan akibat luka tutup dengan
kain steril. Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita
yang sehat Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras Massage/
diurut sama sekali dilarang Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk
perawatan lebih lanjut.
5. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi
yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan
mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah
otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan
sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
Penyebab terjadinya kram:
a) Otot
terlalu lelah pada waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang
menghasilkan sisa metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian
merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.
b) kurang
pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).
c) Adanya
gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang.
Kram yang mungkin terjadi yaitu:
a) Otot Perut
(Abdominal)
b) Otot betis
(Gastrocnenius)
c) Otot paha
belakang (Hamstring)
d) Otot telapak
kaki
Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang
dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
a) Atlet
diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa
nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas
seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga
aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
b) Pada saat
otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama
artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin
myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada
waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri
6. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena
pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh.
Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah
pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh
pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai
berikut:
a) Pendarahan
pada hidung
Penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit
kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari
yang lain. Lakuka kurang lebih 5 menit dengan jari tangan. Sementara penderita
dianjurkan bernafas melalui mulut
Hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah.
Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan, sebaiknya diberikan kompres
dingin disekitar batang hidung. Sekitar mata hingga pipi.
Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi
perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit.
Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah
pertolongan pertama ini, kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang
deformitas dapat terjadi.
Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka
untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya
diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali
meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan
darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru.
b) Pendarahan pada mulut
hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan
secara langsung dan kompres dingin.
Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim
ke dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut.
c) Pendarahan pada kulit
Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang
mengandung antiseptik.
setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung
antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di
jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian
dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat
7. Pingsan
Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan
kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya
aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan akibat dari
a) Aktivitas
fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara.
b) Pengaliran
darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat.
c) Karena jatuh
dan benturan.
Menururt Kartono Mohammad (2001: 96-99) ada beberapa
macam penyebab pingsan yaitu:
a) Pingsan
biasa (saimple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang
berdiri berbaris diterik matahari, atau orang yang anemia (kurang darah),
lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b) Pingsan
karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja
ditempat yang sangat panas.
Penanganan pingsan yang dilakukan menurut Hardianto
Wibowo (1995: 36) sebagai berikut:
a) Menyadarkan
olahragawan
b)
Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan
posisi terlentang dan kepala tanpa bantal.
c) Melakukan
pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan
antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar
ringan tetapi dalam keadaan gawat
8. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan
sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang
mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Luka dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
a) Luka lecet
(Abrasi): cedera goresan pada kulit.
b) Lepuh:
cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk
mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat
latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim
medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan
terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara
membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen
peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol
atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah
luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga,
misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka
robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b) Bila
lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan
bebatlah dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah
robek, biarkan atau letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang,
nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum
steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.
Penyebab Cedera
Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan
sebagai penyebab cedara olahraga.
1.Faktor olahragawan/olagragawati
a.Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b.Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang
olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan
olahragawan yang sudah berpengalaman.
c.Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun
akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang
sudah berpengalaman.
d.Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena “over use”.
e.Teknik
Perlu diciptakan teknik yang
benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan
menyebabkan cedera.
f.Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila
tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di
inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan
lain-lain.
g.Recovery period
Memberi waktu istirahat pada
organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk
bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu
menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa
dihindari.
h.Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat
sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan
dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i.Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik
berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j.Hal-hal yang umum
1. Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.
2. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang
jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis
olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
1 Pencegahan Cedera
Mencegah lebih baik daripada
mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak
cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah
memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
1.Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan
mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena
penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit
sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam
meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun
termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan
mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan
pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar
timbul.
a)Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap
b)Kulit dan otot terasa mengembang
c)Kehilangan selera makan
d)Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e)Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
f)Penurunan berat badan
g)Melambatnya pemulihan
h)Cenderung menghindari latihan atau pertandingan
2.Pencegahan lewat
Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.
a.Strength
Otot lebih kuat jika dilatih,
beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang diinginkan untuk. Untuk
latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.
b.Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance
otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena
kelelahan mengundang cedera.
c.Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan
mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran
diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit
sehubungan dengan latihannya.
Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang
berenergi tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up
ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :
Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament
utama yang akan dipakai.
Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot
dan sendi.
Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi
tugasnya.
d.Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera
karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas,
peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan
peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.
e.Peralatan
Peralatan yang standart punya
peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab
cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu
bagian peralatan dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli.
Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan cirinya
sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di
hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun
sebagai bagian dari orang lain.
Sepatu yang baiksangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat memperkecil resiko cedera olahraga. Kontruksi sepatu
Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi
sebagai berikut :
1)Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu meredam benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang atau berkembang-kembang).
2)Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).
3)Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad” dengan tujuan mencegah cedera tendon Achilles.
4)Terdapat “arch support” yang baik.
5)Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.
6)“Heel counter” harus kuat dan kaku.
7)Berat sepatu sekitar 238-340 gram.
Sepatu dikatakan pas jika jarak antara ujung jari kaki
dengan bagian depan sepatu selebar satu jari tangan (1,5 cm), bagian yang lebar
dari kaki pas dengan bagian lebar dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan
pas pada “counter” (bagian belakang sepatu). Pengepasan sepatu harus dengan
memakai kaos kaki (harus cukup empuk dan tebal) yang bisa digunakan.
memakai kaos kaki (harus cukup empuk dan tebal) yang bisa digunakan.
f.Medan
Medan dalam menggunakan
latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya
menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang
sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit
mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
g.Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung
selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki,
perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis
maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga
menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi
penampilan atlit.
h.Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap
kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya
ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi,
ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam
menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang
tepat pula.
i.Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih,
official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan
bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba
untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu
memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih penting.
Perawatan dan
Pengobatan cedera olahraga
Dalam melakukan perawatan dan
pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu mengetahui dan apa yang harus
dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur tulang (patah tulang) dan
sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil atau besar
(pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi akan ada warna ungu,
nyeri dan bengkak.
Peran Fisioterapi
Peran Fisioterapi
a. Mengajarkan latihan-latihan aktif atau mobilisasi
sendi, mendesign latihan penguluran pada otot-
otot sendi ankle dan memberikan latihan penguatan
b. Memberikan modalitas ultrasound.
c. Pengaplikasian sport massage.
d. Memberikan modalitas TENS untuk mengurangi nyeri.
e. Menyarankan X-ray untuk menegakkan diagnosis
f. Home instruksi dan edukasi
No comments:
Post a Comment